Minggu, 14 Mei 2023
Katanya Jatuh Cinta
Selasa, 18 April 2023
Pada Akhirnya
Sebuah kisah klasik manusia. Perihal mencintai seseorang. Katanya pria itu yang paling dicinta, katanya. Nyatanya, semua itu hanya kata. Rasa trauma akan masa lalu banyak menghantui pikiran, menciptakan ketakutan besar yang mengecilkan nyalinya.
Sudah ku bilang, katakan saja. Tapi dia tak bergeming. Setiap ingin memulai bayang-bayang itu kembali muncul. Rasa takut itu kembali ada. Rasa takut itu kembali.
Melewati banyak waktu dalam diam. Dia tidak pernah mengatakan apapun, baginya menunjukkan perhatian sudah cukup. Walau bagi sebagian orang itu biasa, karena memang itu sifatnya, baik pada semua orang. Walau kadang dia merasa sudah melakukan hal yang berbeda.
Pada akhirnya dia menyerahkan semuanya kembali pada Sang Pencipta. Segala sesuatu yang sudah ditakdirkan menjadi miliknya pasti akan tetap menjadi miliknya. Hanya hal itu yang bisa dipercaya. Hanya itu yang menguatkan hatinya selama ini.
Tanpa ia sadari semuanya tampak semakin abu-abu. Entah apa maksud Sang Pencipta. Dia dipertemukan denga orang lain. Pria yang baik dan dewasa. Yang mungkin saja jawaban dari doanya selama ini. Dia meminta dipertemukan Pria yang memang disetujui oleh Sang Pencipta.
Baginya semua makin abu-abu. Ketika hatinya masih mengharapkan pria itu, nyatanya Pria lain datang menawarkan dunia yang baru. Lantas dia harus bagaimana?
----
Jakarta, 30 Maret 2023
Aku Sudah Taruh
Berawal
dari awal pertemuan, seorang lelaki pemalu memasuki sebuah ruangan. Matanya
bertemu dengan sepasang mata seorang wanita yang sedang tersenyum. Lelaki itu
pun ikut tersenyum.
Wanita
itu memandang pada arah lelaki itu, menuju ke arahnya sambil tersenyum.
“Hallo,
selamat datang, silakan masuk.” Ucap wanita itu.
Pertemuan
sederhana di sebuah acara yang juga sederhana. Kedua insan itu secara tak
sengaja merasakan kenyamanan yang sama.
“Gimana
acaranya? Bagus gak?” tanya wanita itu setelah kegiatan mereka usai.
“Seru.”
Jawab lelaki itu singkat.
“Lain
kali datang lagi ya. Oh ya, nama kamu siapa?” tanya wanita itu lagi.
Mereka
berjabat tangan saling memberitahukan nama satu sama lainnya.
Setelah
itu, entah kapan tepatnya, mereka tanpa sengaja jatuh cinta.
---
Ku sudah tau dari awal
Mencintai bukan perkara kebal
Jauh dari kata mudah dan asal
Kupelajari sedari kecil
Sebuah
lagu diputar pada sebuah earphone seorang wanita. Wanita itu bersenandung
kecil mengikuti lagunya.
Hatinya
sesak, ia begitu sedih.
“Kan
kamu sudah tau dari awal, mencintai itu bukan sulit, ini yang kamu mau kan?”
ucap wanita itu lirih. Tanpa orang lain ketahui air mata telah membasahi kedua
pipinya yang selalu memerah ketika di bawah sinar matahari.
Berteriak di atas tenggorokan
Hujan serapah dan makian
Hancur lebih mudah dari bertahan
Kupelajari sedari kecil
“Gapapa
ya, nanti bisa bangkit lagi kok.” Ia masih saja menyemangati dirinya. Mungkin rasanya
begitu sulit.
Dan dari situ cara pandangku
Melihat cinta berwarna keruh
Seperti bertaruh apa kau dan aku
Akan jadi sama seperti itu
“Gak semua harus sesuai rencana kan? Banyak yang bilang “Manusia
boleh berencana, tapi biarlah kehendak Tuhan yang jadi”. Sekarang kita lihat
saja mau Tuhan bagaimana.” Ia masih berusaha menyemangati dirinya.
Aku punya harapan untuk kita
Yang masih kecil di mata semua
Walau takut kadang menyebalkan
Tapi sepanjang hidup 'kan kuhabiskan
“Kenapa
ya, Tuhan? Apa yang salah dari permintaanku? Apa terlalu sulit untuk dikabulkan?.”
Setelah mengucapkan kalimat ini, air matanya tak berhenti turun.
Walau tak terdengar masuk akal
Bagi mereka yang tak percaya
Tapi kita punya kita
Yang akan melawan dunia
Aku sudah tau dari awal
Rasa takut masih kugenggam nyaman
Cinta dan jenisnya seperti seram
Kupelajari sedari kecil
Dan dari situ cara pandangku
Melihat cinta berwarna keruh
Seperti bertaruh apa kau dan aku
Akan jadi sama seperti itu
Bagi
orang yang membaca kisah ini, pasti sudah mengetahui apa yang menjadi permasalahannya.
Ketika dua insan sedang jatuh cinta, kecewa sering jadi temannya. Rasa sedih
dan senang akan menjadi bagian dalam perjalanan mereka. Rasanya tidak adil jika
kita menyalahkan salah satu dalam sebuah hubungan. Bukannya dari awal sebuah
hubungan adalah komitmen dari dua orang? Lantas mengapa harus menyalahkan salah
satunya. Maka dari itu, kita harus mendengarkan cerita dari kedua sisi.
Lelaki
itu mencintai wanita itu dengan sepenuh hatinya. Ia hanya terlalu takut untuk melangkah
maju. Rasa bersalah akan masa lalu memenjarakannya. Ia tidak bisa keluar dari
ketakutan yang ia buat sendiri. Egonya mengalahkan rasa cintanya. Pemikirannya yang
hanya lelaki itu sendiri yang mengerti. Ia senang membagikan ceritanya pada wanita
itu, dan wanita itu menikmatinya. Tapi ia masih punya banyak rahasia yang tidak
ia ceritakan.
Lukanya
pada masa lalu masih terlalu basah untuk tidak ia obati. Sudah pernah dibilang,
katakan saja, jalani hal baru. Hanya saja ia tidak berani. Rasa takut akan
penolakan dan kekecewaan masih menghantuinya. Memang sudah pasti kecewa? Belum tentu.
Dia belum pernah mencoba.
Rasa
rendah dirinya juga menjadi salah satu alasannya. Bukannya semua butuh proses? Lantas
apa yang harus ia takutkan? Sedangkan Tuhan saja melihat setiap proses yang dilakukan
umatnya.
Lagi-lagi,
diam yang menang. Ia menahan sendiri rindunya. Tidak mau terlihat lemah,
nyatanya dia lemah.
Wanita
itu juga sama. Rasa traumanya pada masa lalu belum hilang. Seperti kata lirik
dalam lagu itu mencintai bukan perkara kebal, jauh dari kata mudah dan asal.
Ia pernah jatuh hati dalam diamnya. Cukup lama sampai orang mulai bosan dengan
ceritanya.
“Kalau
dia tidak nyata kami tidak masalah. Masalanya, dia nyata. Lalu apa yang kau
lakukan di sini?,” kata semua orang pada wanita itu.
Dia
hanya tersenyum tak berkata apapun. Dia terlalu takut untuk memulai. Ia takut
dikecewakan oleh ekspetasinya. Padahal ekspetasinya tidak setinggi itu. Ia hanya
ingin bahagia bersama denga orang yang dia cintai.
Kali
ini sama. Ia hanya diam dan menikmati semua momen yang ada. Tanpa pernah
memberikan tanda bahwa ia menikmati lebih dari itu. Sebagian dirinya merasa ini
cukup. Berada di samping orang yang disayanginya, menikmati semua cerita
tentang kehidupannya, menemani ia tanpa terlihat. Sebagian lain dirinya merasa ini
tidak cukup. Ia butuh lebih dari ada tapi tidak terlihat. Tapi ia terlalu takut
jika semua kembali terjadi seperti dulu.
Rasanya
ia tidak sepercaya diri itu untuk memulai. Ditambah orang-orang di sekitarnya
melarang wanita untuk memulai duluan. Ia hanya mencoba bertahan untuk tetap
kuat pada saat ini. Sambil terus meyakinkan dirinya. Ia pernah membaca sebuah
buku yang menuliskan “Apapun yang sudah Tuhan takdirkan untukmu, pasti akan menjadi
milikmu.” Wanita itu mempercayai kalimat itu.
Lagipula
segala sesuatu yang boleh manusia rancangkan, tetap rencana dan kehendak Tuhan yang
terjadi. Jadi, untuk saat ini, bagi wanita itu cara yang bisa ia lakukan hanya
bersimpuh, berdoa meminta Tuhan memihaknya kali ini. Menuliskan cerita indah di
mana wanita dan lelaki itu boleh bersama. Tuhan akan pertemukan mereka ketika
mereka berdua sudah siap.
Pada
akhirnya kedua manusia itu sama saja. Tidak ada yang berani memulai. Terlalu menikmati
rasa cukup dan takut untuk menjadi lebih. Padahal mereka belum mencoba. Rasa takut
mereka akan gagal jauh lebih besar dari keberanian mereka untuk saling menyapa.
Aku punya harapan untuk kita
Yang masih kecil di mata semua
Walau takut kadang menyebalkan
Tapi sepanjang hidup 'kan kuhabiskan
Walau tak terdengar masuk akal
Bagi mereka yang tak percaya
Tapi kita punya kita
Yang akan melawan dunia
Keduanya saling berharap, mengenai harapan mereka berdua pada keadaan mereka. Walau takut sering menyebalkan, menyebabkan banyak hal belum terjadi. Sering kali cerita mereka tidak terdengar masuk akal, namun bagi mereka yang tidak percaya.
Nyatanya ini hanya perihal waktu. Kedua manusia itu diminta Tuhan untuk lebih bersabar sedikit lagi, untuk sama-sama mendapatkan yang terbaik. Pada akhir cerita perjalanan mereka, dunia akan menjadi milik mereka. Karena mereka yang akan melawan dunia.